image
Kawan Medan, Ini Adalah Pertanyaan Dari Netizen Soal Pribumi " Pak Gubernur Anies Boleh Tanya Enggak, Apa Bapak Lebih Pribumi Dibanding Ini?

17 October 2017 3343 Viewed
Anies Baswedan dalam pidato politik pertamanya sebagai Gubernur DKI Jakarta menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Dalam pidatonya ia mengatakan, bahwa Jakarta merupakan satu dari beberapa tempat yang merasakan hadirnya penjajahan.
Selama ini, menurutnya rakyat pribumi ditindas. "Selama berabad-abad lamanya. Rakyat pribumi ditindas dan dikalahkan kolonialisme," kata Anies dalam pidatonya di Balaikota, usai dilantik di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin, (16/10/2017).
Menurut Anies sekarang ini Indonesia telah merdeka. Sehingga, saatnya Rakyat Pribumi menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Perjuangan pribumi melawan kolonialisme. "Jakarta ini satu dari sedikit kota di Indonesia yang merasakan polarisme dari dekat. Di Jakarta, bagi orang Jakarta, yang namanya kolonialisme itu di depan mata," ujar Anies, dilansir dari Kompas.com.
Menurut Anies, semua warga pribumi harus mendapat kesejahteraan. "Kita semua pribumi ditindas, dikalahkan, kini saatnya kita menjadi tuan rumah di negeri Indonesia," ucapnya.
Menurutnya, Jangan sampai di Jakarta ini terjadi apa yang digambarkan pepatah Madura. "Itik se atellor, ajam se ngeremme. Itik yang bertelur, ayam yang mengerami. Seseorang yang bekerja keras, hasilnya dinikmati orang lain," katanya.
Anies mengatakan dirinya bersama Sandiaga Uno kini hadir untuk melanjutkan program yang dinilai baik dari pemerintahan sebelumnya, dengan menambah memperjuangkan keberpihakan kepada masyarakat kecil.
"Sembari memperjuangkan keberpihakan yang tegas kepada mereka yang selama ini terlewat dalam merasakan keadilan sosial, membantu mengangkat mereka yang terhambat dalam perjuangan mengangkat diri sendiri, serta membela mereka yang terugikan dan tak mampu membela diri," kata Anies.
Isi pidatonya langsung menghentakan publik. Melalui media sosial, netizen ramai-ramai mempertanyakan istilah pribumi yang dikemukakan.
Dahono Basuki, menambahkan, istilah "Pribumi" sendiri muncul di era kolonial Hindia Belanda setelah diterjemahkan dari Inlander (bahasa Belanda untuk "Pribumi"), istilah ini pertama kali dicetuskan dalam undang-undang kolonial Belanda tahun 1854 oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk menyamakan beragam kelompok penduduk asli di Nusantara kala itu, terutama untuk tujuan diskriminasi sosial.

Selama masa kolonial, Belanda menanamkan sebuah rezim segregasi (pemisahan) rasial tiga tingkat; ras kelas pertama adalah "Europeanen" ("Eropa" kulit putih); ras kelas kedua adalah "Vreemde Oosterlingen" ("Timur Asing") yang meliputi orang Tionghoa, Arab, India maupun non-Eropa lain; dan ras kelas ketiga adalah "Inlander", yang kemudian diterjemahkan menjadi "Pribumi".

Sistem ini sangat mirip dengan sistem politik di Afrika Selatan di bawah apartheid, yang melarang lingkungan antar-ras ("wet van wijkenstelsel") dan interaksi antar-ras yang dibatasi oleh hukum "passenstelsel".

Hingga berita ini ditayangkan, belum ada konfirmasi kepada pemilik akun Dahono Basuki.

Sumber            : http://medan.tribunnews.com

Terhubung dengan kami

@963MedanFM
Get it on Google Play

Hubungi kami

Telepon+6261 6622 628 (Kantor)
+6261 6612 986 (Studio)
Mobile, Whatsapp, Line+62819 88 9630
LokasiJl. Pembangunan I No. 6
Krakatau, Medan - 20238