Kita harusnya ikut bangga karena film-film Indonesia, sudah mulai banyak dikenal di luar Indoenesia, bahkan diputar di di berbagai ajang Film Festival. Salah satunya adalah film yang mengangkat isu kekerasan seksual terhadap perempuan, yaitu 27 Steps of May, diputar di London Mini Indonesian Film Festival (LMIFF) yang berlangsung di salah satu jaringan sinema terfavorit London, Curzon di area Bloomsburry, Central London.
Bersama dengan lima film komtemporer lainnya yang dipilih untuk ditampilkan kepada publik Inggris, yaitu Dua Garis Biru (Ginatri S. Noer) yang dijadikan film pembuka, Turah (Wicaksono Wisnu Legowo), Nyanyian Akar Rumput (Yuda Kurniawan dan Bumi Manusia (Hanung Bramantyo) sebagai film penutup, juga ikut diputar di London Mini Indonesian Film Festival (LMIFF) .
Penulis skenario 27 Steps of May, Rayya Makarim menyatakan kegembiraannya dengan diputarnya film ini di LMIFF.
“Sebagai filmmaker saya mencoba untuk mengangkat tema-tema yang relevan yang mungkin susah dibicarakan di Indonesia. Karena itu saya sangat senang “27 Steps of May” diputar di London dan juga di negara-negara lainnya karena isu kekerasan seksual dan trauma adalah isu universal yang dialami oleh perempuan di seluruh penjuru dunia,” ujar Rayya
Data dari World Health Organization (2013) menyebutkan sedikitnya 35 persen dari perempuan di seluruh dunia mengalami kekerasan seksual baik dari orang yang mereka kenal maupun orang asing. Sedangkan sekitar 38 persen pembunuhan perempuan dilakukan oleh pasangan mereka sendiri.
Film 27 Steps of May dibintangi Raihaanun, Lukman Sardi, Ario Bayu, dan Verdi Solaiman. Film ini mengangkat kisah May (Raihaanun), perempuan muda yang mengalami trauma mendalam akibat kekerasan seksual.
Wah keren! Semoga perfilman Indonesia semakin baik ke depannya dan mampu menorehkan prestasi di dalam dan di luar negeri!
sumber, kompas.com