Indonesia -- Pendiri kembal menyerukan untuk hapus akun saat menjadi pembicara di almamaternya, Stanford University. Di kesempatan yang sama, Acton juga membeberkan alasan di balik keputusannya menjual WhatsApp dan kritik terhadap cara Facebook menjalankan bisnis.Acton mengkritik model bisnis raksasa teknologi seperti Facebook dan Google yang menuntut wirausaha untuk mengejar permodalan dan keuntungan untuk memuaskan karyawan dan pemegang saham. "Saat kembali ke Silicon Valley dan orang-orang bertanya, "bisakah kamu tidak menjual (perusahaan)?' Jawabannya tentu tidak," ucap Acton disela acara diskusi Computer Sains 181 di Stanford University."Saya punya 50 karyawan yang harus dipikirkan nasibnya dan uang yang diperoleh dari hasil penjualan ini. Saya harus memikirkan investor dan saham minoritas saya. Saya bahkan tidak memiliki pengaruh penuh untuk berkata tidak." Pada penampilan di muka publik keduanya, Acton tak sungkan mengungkap alasan ia mundur, lantaran selisih paham dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg.
Sebelum sepakat menjual WhatsApp, Acton dan rekannya Jan Koum sepakat untuk memungut biaya berlangganan sebesar US$1 per tahun untuk satu pengguna. Meski terkesan kecil, namun menurutnya model bisnis ini bisa menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna untuk mendapatkan layanan yang mengedepankan keamanan dan privasi.Cara ini menurutnya juga bisa menangkal pendapatan tradisional yakni berupa iklan seperti yang diterapkan Facebook. "Model bisnis WhatsApp yakni dengan memberikan layanan selama setahun seharga US$1. Meski bukan cara untuk mencetak uang, namun jika Anda memiliki satu miliar pengguna makan ada US$1 miliar tiap tahun," imbuhnya. Acton mengaku mengapresiasi peralihan fokus Facebook yang kini mengedepankan privasi pengguna. Menurutnya, keputusan tersebut lebih baik ketimbang menempatkan server mereka di China."Saya berpikir bahwa kebanyakan keputusan korporasi sekarang bersifat tiba-tiba dan sewenang-wenang." (lea/evn)